Menjelang Subuh_Zelfeni Wimra_Analisis Robert Stanton
Judul: Menjelang subuh
Pengarang: Zelfeni Wimra
Sinopsis:
Diceritakan seorang perempuan bernama Daro yang merupakan
seorang anak bungsi di keluarga yang berlatarkan tempat di Minangkabau. Daro
berkeinginan untuk merantau menjadi TKW, namun pamannya atau mamak yang
merupakan kakak dari ibunya melarang Daro untuk merantau, namun daro sudah
memiliki keinginan yang kuat untuk pergi setelah melihat banyak hal yang akan
ia dapatkan di perantauan. Karena mamaknya melarang Daro untuk pergi merantau,
kedua orang tua Daro yang semula bisa menerima keputusan daro untuk merantau
juga berubah fikiran, sehingga Daro bertekad untuk kabur dari rumah dan pergi
ke perantauan.
Pada subuh yang sudah direncanakan Daro untuk kabur, ia
melewati pintu belakang rumahnya yang bertepatan lewat depan kamar mamaknya,
ketika daro hendak membuka pintu untuk keluar, terdengarlah doa sang mamak yang
tidak mengiginkan kemenakannya untuk pergi merantau dan terdengar oleh Daro,
namun daro tidak menghiraukan hal itu, ia masi bertekat untuk pergi, hingga
pada akhirnya mamak Daro mengetahui keberadaan Daro yang akan pergi, lalu
dicegah oleh sang mamak dan Daro yang merasa kasihan dengan mamaknya yang sudah
tua tersebut berhentu juga berlari, dan mamak berkata kepada Daro pakai saja
uangnya untuk membuka suatu usaha yang sesuai dengan keterampilan Daro, jangan
sampai kemenakannya itu pergi untuk merantau.
Analisis menggunakan teori Robert Stanton
A.
Fakta Cerita
1.
Alur
Alur yang digunakan dalam cerpen Menjelang Subuh karya Zelfeni Wimra ini
menggunakan alur progresif, mulai dari keinginan Daro untuk pergi merantau
menjadi TKW, meminta izin kepada orang tuanya, hingga dua jam sebelum subuh
Daro pergi menyelinap keluar untuk melarikan diri agar ia bisa pergi merantau.
2.
Tokoh
·
Daro, yang merupakan tokoh utama memiliki sifat
keras kepala, penyayang, dan pengertian.
·
Apak dan Amak, orang tua Daro memliki karakter
penyanyang kepada anaknya.
·
Mak Sutan, merupakan Paman Daro memiliki sifat
peduli, penyayang, pengertian, dan tegas.
3.
Latar
Pada cerpen Menjelang Subuh ini memiliki latar waktu pada dini hari,
yaitunya pada dua jam sebelum subuh. Untuk latar tempat, yaitu rumah Daro dan
diceritakan dalam keluarga Minangkabau atau daerah minang. Suasana dalam cerpen
ini adalah suasana menegangkan, takut, dan bimbang.
4.
Tema
Tema dari cerpen Menjelang Subuh ini adalah merantau. Merantau bagi
laki-laki Minangkabau sudah menjadi hal yang biasa, namun pada cerpen ini
menceritakan tentag keinginan seorang perempuan untuk menjadi perantau yang
dilarang oleh mamaknya.
B.
Sarana Cerita
1.
Judul
Dalam cerpen yang berjudul Menjelang Subuh ini, secara gamblang kita bisa
menerka bahwa ini adalah waktu bebrapa saat sebelum subuh. Dalam cerpen ini,
untuk judul Menjelang Subuh sudah cocok sebagai judul cerpen ini, karena di
dalam cerpen diceritakan waktu tokoh Dara yang ingin melarikan diri dan
melakukan aksinya tersebut di dua jam sebelum subuh, sehingga kita bisa faham
kenapa judul dari cerpen ini adalah Menjelang Subuh.
2.
Sudut Pandang
Menggunakan sudut pendang orang ketiga serba tau, dibuktikan dengan
menggunakan nama orang atau “Ia” di dalam cerpen tersebut untuk menceritakan
tokohnya.
3.
Gaya dan Tone
Dalam cerpen Menjelang Subuh memiliki gaya bahasa yang mudah untuk
dipahami, dan kata yang tidak berbelit-belit. Namun dalam beberapa kata
memiliki bahasa daerah, seperti kata “kalera” dan juga sebutan nama orang
seperti Mak Sutan, Apak, Amak.
Tone yang merupakan sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam
cerita ini sangat berhasil, karena pengarang bisa menciptakan suasana yang ada
di dalam cerita tersebut, juga karakter tokoh dalamcerita ini juga sesuai
dengan ceritanya.
4.
Simbolisme
Dalamcerpen Menjelang Subuh memiliki simbolisme ketika tokoh utama
bernama Daro yang ingin melarikan diri untuk pergi merantau menjadi TKW, namun
ketika ingin membuka pintu, ia mendengar doa mamaknya dan bimbang untuk pergi,
dan akhirnya ketika bertekad untu pergi, ia malah dikejar oleh mamaknya tadi
dan disarankan untuk membuka usaha di kampungnya saja.
5.
Ironi
Ironi
dalam cerpen ini adalh keinginan daro seorang perempuan yang berlatar minang
untuk pergi merantau, hal ini berlawanan dengan prinsip orang minang yang pergi
merantau adalah seorang bujang laki-laki guna mengubah nasib keluarganya.
Komentar
Posting Komentar